Jumat, 02 Januari 2009

Terompet

by ien bunda elang

toet..toet..toet....semua orang di 00.00 wib serempak meniupmu. Bibir bergincu, bibir menghitam gara-gara rokok, atau bibir kanak-kanak, semua bertemu dengan bibirmu. Namun tidak bibir-bibir kami.

Bibir kami terbungkam tak mengenal bibirmu, maaf kalau kami begitu. Bukan tak mau, tapi kami tak ingin menciummu hanya untuk menandakan bahwa sebuah masa berganti dengan masa yang baru. Hmm entahlah..

Lebih menyenangkan jika bibir ini mencium hal-hal berbau gurih..atau asem, (renyah juga gak masalah). Dan mungkin bibir bau kopi yang baru saja saya rasakan. Karena saat ini, bibir-bibir kami manyun. Karena tak semestinya dia tersenyum. Lihat, di belahan bumi sana..ada banyak saudara yang tengah meratapi keambrukan rumahnya, kehilangan kakinya, atau mungkin nyawanya.

Belasan peluru berdesing menjadi irama jazz tak bertuan, wahai saudaraku bertahanlah di ujianmu. Jika mengingat itu, akankah bibir ini menciummu?

Pergantian tahun, dimana seluruh masyarakat merayakannya dengan petasan, kembang api, terompet dan banyak tawa, sementara saudara bibir kami merayakannya dengan magasin, rudal, dan desingan peluru tajam di sekelilingnya. Sungguh, hati ini berdarah mendengar bumi Palestina menangis.

Hati, jiwa dan nafas ini menderu..sungguh kesakitanmu melubangi jantung ini. Akankah kami tetap bisa tertawa jika mengenang penderitaan Palestina?
Akankah terompet itu kami tiup kalau ratapan anak-anak Palestina mengiringi pergantian tahun? Wahai pemilik jiwa-jiwa..ringankanlah darah mereka.

Kekuatan bukanlah lawan dari jiwa tenang yang menginginkan kedamaian, rudal dan mesiu bukanlah jawaban. Kami dengar kesakitanmu kawan.Kami paham dukamu teman. Nun jauh di sini, kami berdoa tanpa terompet di bibir kami. Semoga Trophy jihad tersanding di sebelah perjuanganmu**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar