Sabtu, 31 Januari 2009

Presiden 2009

by ien bunda elang

Andai aku jadi presiden? hmm...mimpi kali yee...Nggak! saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi presiden. Biarlah saya tetap menjadi rakyat jelata yang memiliki hak suara untuk memilih. Kalau boleh jujur, saya ingin presiden yang proletar. Bukan presiden yang borjuis.

Sebelum membicarakan mimpi (yang tidak jadi) saya untuk menjadi presiden, saya hanya ingin menggunakan hak jelata saya untuk mendiskripsikan presiden idaman. Superhero, jelas. Dia baik lelaki atau perempuan haruslah super dalam segala hal. Awalnya, presiden saya itu haruslah dari kalangan yang kuat. Kuat pendirian, kuat iman, juga kuat mental. Tidak harus dari kaum borjuis. Walau harus kita akui, kampanye membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Kalau dia kuat, dia tidak akan mudah tergoda akan nikmatnya kue kekuasaan. Sehingga tak akan ada tikus kantor berkeliaran di setneg. Hehehehehe... Berjiwa proletar.. biar bisa merasakan susahnya menjadi rakyat jelata, yang mungkin hanya setahun sekali mampu membeli baju baru, atau bahkan merasakan nikmatnya antri minyak tanah. Yang akhirnya gigit jari karena stok dikurangi.

Presiden saya juga dari anak petani. Saya menginginkan itu. Biar mengerti rasanya berkubang lumpur, membajak, tandur dan indahnya bergandengan tangan untuk menunggu pupuk. Yah...dari kuota yang diajukan mungkin pupuknya tinggal setengah..nikmat...
Presiden saya juga bukan dari kalangan pedagang, yang memandang semua dari sisi ekonomis. Hasil sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Waduhhh...runyam juga hukum saya kalau memiliki presiden seperti itu.

Puyeng kepala saya kalau harus mendiskripsikan presiden saya. Yang pasti, rasa empati yang tinggi, dapat menjadi modal buat melangkah ke istana. Empati melihat saudara-saudara saya (saya juga) yang kelaparan, yang buta huruf, yang sekolahnya roboh, yang tak bisa melihat indahnya lampu-lampu hias di perkotaan, dan banyak yang....

Bumi saya sudah terlanjur sakit, saya tahu, siapapun presiden saya nanti, pekerjaannya ringan. Dan saya yakin, butuh waktu lebih dari 20 tahun untuk kita betul-betul bangkit. Itupun kalau presiden kita bisa bertahan hingga 4 periode. Apa mungkin?

Saya sedih, karena kita tidak juga bangkit dari keterpurukan. Karena apa? Setiap pemilu presidennya ganti, artinya tiap 5 tahun kebijakan berganti, padahal kebijakan yang kemarin saja belum jalan. Ya..jadi 5 tahun bukanlah tahun untuk membangun, melainkan tahun membuat program. Huhuhuhuhu....jadi bagaimana ini?

Mari kita menangis bersama, dan kita mencalonkan diri menjadi presiden di rumah kita masing-masing.****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar