Selasa, 16 Desember 2008

No Matter With Size

No Matter With Size
by ien bunda elang

Seorang kawan mendatangi saya dan menangis sejadi-jadinya. Saya bingung dan tidak mengerti harus berbuat apa. Hanya pelukan hangatdan bahu gempal yang bisa saya tawarkan. Whazzup sweety..saya mulai merajuk, mencoba mencari arti tangisnya.

Miliknya kecil sekali, kawan saya mulai bercerita. Hmm...saya terdiam. Terbayang film-film porno yang selama ini banyak beredar dan mudah diunggah, semua film itu mendoktrin bahwa semakin besar ukuran semakin memuaskan. Saya peluk erat sahabat saya. Berusaha menenangkannya.

What's a matter with size, dear? Tanya saya padanya. Dia terdiam, bingung dan beringsut menjauhi saya. Ketakutannya tidaklah beralasan. Dogma yang tertanam di benaknya adalah doktrin bawah sadar. itu bukan konsensus, saya yakin Size tidaklah menjadi ukuran. Mau Jawa, Arab, Timur Tengah, Negro atau ras apa pun.

Kita bicara selera kawan. Betul! Tapi jika kebahagiaan itu diukur dengan Size, itu menjadi dagelan hebat abad ini. Saya biarkan kawan saya berpikir sejenak. Dan saya bertanya,
Apa suaminya baik dengannya? dia mengangguk.
Apa suaminya memperlakukannya just like a lady? dia mengangguk.
Apa suaminya mencintainya? dia mengangguk.
Apa suaminya mencukupi kebutuhan lahir batinnya? dia mengangguk.
Apa suaminya bertanggungjawab? dia mengangguk.
Apa suaminya pernah berselingkuh? dia menggeleng
Apa suaminya pernah memukulinya? dia menggeleng
Apa suaminya pernah meninggalkannya menangis sendiri? dia menggeleng
So, what's the matter with size?
Kawan, hidup itu tidak hanya sekedar dogma dan doktrin. Tapi ada keyakinan dan harapan. Dan saya pun bertanya pada
Pernahkah suaminya membuatnya orgasme? dia menjawab sering
Pernahkah suaminya membuatnya tersenyum? dia menjawab sering
Pernahkan suaminya memberinya hadiah? dia menjawabnya sering
Pernahkah suaminya memujanya? dia menjawab all the time
So, what's the matter with size?
Kawan saya tersenyum dan memeluk saya erat. Mau S, M, L atau pun extra large..itu hanya ukuran. Dan itu bukan ukuran kebahagiaan kita. Jika dimensi bahagia sudah terkotakkan dengan ukuran, atau pun indikator lainnya, bersiaplah untuk terjebak di dalamnya.
Biarkan kebahagian itu menemukan sendiri kebebasannya, seperti layaknya kemerdekaan pikiran kita.
Lagi-lagi kawan saya memeluk saya, erat sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar